Jumat, 23 Oktober 2015

Martine Rothblatt, CEO Transgender Pertama Berbayaran Tertinggi di Amerika



Hanya sekitar 5% dari perusahaan di daftar bergengsi Fortune 500 yang dihuni oleh pengusaha wanita. Dan meskipun Anda bisa memperluas sekup sampelnya, tetap saja persentasenya tak berubah. Jumlah gaji CEO wanita juga tak setinggi rekan pria mereka. Secara riil, dari 200 orang CEO di AS yang perempuan jumlahnya hanya 11 orang dan median gaji mereka adalah 1,6 juta lebih rendah daripada gaji CEO pria.  CEO Yahoo! Marissa Mayer menduduki peringkat tertinggi oleh wanita di ranking 34 dengan penghasilan 25 juta dollar AS. 

Ada juga CEO 'wanita' lainnya yang berbayaran tak kalah tinggi dari Mayer, tetapi ia lebih jarang terekspos media. Dengan pemasukan $38 juta selama tahun 2013, Martine Rothblatt (59) adalah CEO 'wanita' dengan bayaran tertinggi di Amerika Serikat. Namun, kategori CEO wanita tampaknya kurang pas untuknya karena Rothblatt sebelumnya adalah seorang pria.  

Rothblatt ialah pendiri United Therapeutics, sebuah perusahaan farmasi dengan kepemilikan terbuka yang berpusat di Silver Spring, Maryland, AS. Kiprahnya mungkin tak banyak terdengar sebagaimana CEO-CEO hebat lainnya tetapi perjalanan panjang Rothblatt juga tak kalah menariknya.
Ia sampai di posisi seperti sekarang setelah sukses menghasilkan banyak uang sebagai pendiri Sirius Radio. Ia masuk ke dalam dunia penyiaran sebagai seorang pengacara. Sirius kemudian go public tahun 1994 dan Martine menjadi kaya raya. Pada titik ini ia melalui transisi penting dalam hidupnya dan merasa ingin segera pensiun dari pekerjaannya.  

Martine memutuskan menjual sebagian saham Sirius dan 3 juta dollar yang dihasilkan dari yayasan PPH Cure. Ia juga mulai kuliah lagi dan melalukan perjalanan ke National Institute of Health dan ke Library of Congress.  

Tahun 1996, ia menemui pensiun farmakolog James Crow yang memiliki ide obat yang ditolak diproduksi oleh Flolan (kini Glaxo). Obat ini lebih aman tetapi hanya memiliki jumlah pembeli potensial yang rendah. Martine nekat menjadi CEO perusahaan farmasi baru dan membujuk Crow menjadi presiden dan COO perusahaan bersamanya. Mereka sukses mengantongi perizinan dari FDA (BPOM di AS).  Saat itu gaji mereka hanya $75.000 per tahun.  

Alasan Martine sangat tertarik dan menggebu-gebu membantu Crow memproduksi obat ini ialah karena anaknya Jenesis adalah penderita penyakit Pulmonary Arterial Hypertension (PAH) yang menghalangi aliran darah dari jantungnya ke paru-paru. Dan obat baru dari Crow itu berpotensi menyelematkan nyawa sang buah hati. Kini Jenesis berusia 30 tahun dan bekerja untuk Martine.
Dibesarkan dalam keluarga Yahudi konservatif di kota San Diego, kehidupan Martine berubah drastis begitu ia memutuskan mengubah kelaminnya tahun 1995. Saat itu, ia menerbitkan The Apartheid of Sex, sebuah tulisan yang dapat dikatakan sebagai manifesto singkat mengenai tekadnya menjalani kehidupan yang tidak mudah sebagai seorang wanita. 

Di luar kehidupan pribadinya yang kontroversial dan liberal itu, Martine mengecap kesuksesan finansial yang lebih besar dari sebelumnya di pertengahan tahun 1990-an. Perusahaan United Therapeutics yang ia miliki menurut Nymag.com mencapai nilai valuasi yang tidak bisa diremehkan, yaitu $5 miliar. 

Martine tidak hanya menggemari bisnis, ia juga berminat besar pada teknologi dan filsafat. Ia yakin di masa depan manusia modern akan bangkit kembali dari kematian dalam bentuk robot, yang dihidupkan dengan program kecerdasan buatan canggih yang ia perkirakan akan tersedia secara luas dan murah bagai iTunes hari ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar