Senin, 28 September 2015

Sejarah Festival Moon Cake





Bagi etnis Tionghoa atau masyarakat keturunan rakyat China, kue bulan tentunya sudah bukan hal yang asing lagi. Di negeri asalnya, China, moon cake festival atau perayaan kue bulan menjadi perayaan yang istimewa dalam menyambut musim gugur. Dalam tradisi rakyat China atau Tionghoa, seluruh keluarga besar akan berkumpul guna menyantap kue bulan untuk merayakan festival kue bulan yang jatuh setiap bulan penuh atau bulan purnama. Biasanya anggota keluarga yang terpisah beberapa saat dengan keluarga, akan kembali berkumpul dengan keluarga besarnya. Oleh karena itu, perayaan kue bulan ini menjadi hari raya masyarakat China kedua terbesar setelah hari raya Imlek.
Namun, apakah kalian tahu dari mana kue bulan ini berasal? Bagaimana sejarah munculnya tradisi perayaan kue bulan ini?

Festival kue bulan, atau dalam Bahasa Mandarin adalah Festival Zhong Qiu Jie, merupakan hari suka cita yang dilambangkan dengan kehadiran bulan purnama penuh. Berdasarkan perhitungan kalender lunar China (Imlek), festival ini jatuh pada tanggal 15 bulan ke-8. Menurut rakyat China, pada tanggal ini adalah suatu masa dimana bulan paling dekat dengan bumi, berdampingan dengan batas langit dan bersinar kemerahan, yang melambangkan bersatunya pria (matahari) dengan wanita (bulan), seperti Yin dan Yang dalam tradisi China .

Tradisi ini muncul pertama kali pada masa Dinasti Xia dan Dinasti Shang. Tradisi ini merupakan tradisi masyarakat China yang bersifat ritual, namun ritual ini baru popular ketika masa Dinasti Tang. Ritual ini berasal dari masyarakat pertanian China, dimana mereka meminta kepada Dewa Bumi agar diberi musim dan panen yang baik.

Di akhir masa panen, yaitu sekitar pertengahan bulan ke-8, para petani tersebut akan melakukan pemujaan kepada para Dewa yang telah memberikan hasil panen yang berlimpah. Pemujaan tersebut berupa rasa syukur dan ucapan terima kasih kepada para Dewa. Banyak yang percaya bahwa Festival Pertengahan Musim Gugur atau Festical Kue Bulan berasal dari sini.  

Selain itu, masih ada legenda lain menyangkut festival kue bulan ini. Konon, pada jaman dahulu kala, bumi memiliki 10 matahari dan membuat rakyat kekeringan dan menderita. Lalu seorang pemanah bernama Hou Yi, pergi untuk memanah 9 buah matahari sehingga yang tersisa hanya tinggal 1 matahari. Hou Yi pun dianggap menjadi pahlawan dan diangkat menjadi Raja di China.

Suatu hari, Hou Yi pergi ke pegunungan Kun Lun untuk bertemu dengan ratu Xi Wang Mu. Sang ratu pun memberikannya obat mujarab yang mampu membuat orang terbang ke langit dan menjadi dewa. Hou Yi pun menitipkan obat tersebut kepada istrinya yang bernama Chang’E. Seorang pegawai istana yang bernama Peng Meng, ternyata menyadari fungsi dan adanya obat tersebut sehingga berniat untuk mencuri obat tersebut.

Suatu hari saat Hou Yi sedang keluar istana, Peng Meng pun menyusup ke dalam kamar Hou Yi dan memaksa Chang’E untuk menyerahkan obat tersebut. Chang’E yang menyadari bahwa ia bukanlah lawan yang sepadan untuk Peng Meng, segera memakan obat tersebut dan melarikan diri.

Tiba-tiba Chang’E merasa tubuhnya menjadi sangat ringan dan kemudian terbang ke angkasa. Selagi mengkhawatirkan suaminya, Chang’E sudah mendarat di bulan, benda langit terdekat dengan bumi. Saat Hou Yi pulang, ia pun sangat sedih setelah mengetahui apa yang terjadi. Hou Yi lalu membuat sebuah altar untuk mengenang istrinya, Chang’E yang sudah menjadi Dewi Bulan. Di sana ia meletakkan makanan kesukaan Chang’E dan buah-buahan segar sebagai bentuk persembahan kepada istrinya di bulan. Konon, kecantikan Chang’E akan sangat terlihat dari bumi pada waktu bulan dalam keadaan paling penuh dan paling terang.

Inilah yang menjadi asal-usul dari masyarakat China kuno yang mulai mempersembahkan makanan dan buah-buahan kepada Dewi Bulan, salah satunya adalah Kue Bulan yang terkenal. (Stf)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar